Sabtu, 28 Desember 2013

# Spider Man dan Mawar

#Spider Man

Penghayatan ica luar biasa mendeskripsikan rasa takutnya  pada laba – laba. katanya laba – laba itu sudah beracun, kakinya banyak kalau jalan cepat sekali, jelek lagi mukanya.

 Dari cerita Ica Buat saya, Spider man Itu adalah lambang laki – laki. Mereka punya racun melalui gombalannya tapi buat saya itu tidak masalah. Spider Man adalah laki – laki prajurit, pemimpin, mereka kuat, perkasa, penuh sikap, bertanggung jawab, Sifat dasar mereka adalah melindungi. (Spider Man bermain sangat elegan melalui jaring – laba- labanya dia melindungi Nabi Muhamad dari Kejaran Musuh). Kalau jelek itu relative. Tapi jaring pada laba – laba sebenarnya sudah memberikan sinyal bahwa sekalipun mereka hebat  ternyata mereka sangat rapuh sekali tebasan saja laba – laba yang bersarang di jaringnya rusak kocar – kacir. Mereka sangat membutuhkan dukungan.


Jadi, kalau Pak Jokowi  mau menghapus  jenis kelamin pada kartu Tanda Penduduk  (KTP). saya khawatir sedang ada strategi mendesain Spider Manku menjadi Bunglon. Secara kasat mata Bunglon memang menarik dan  parlente. Tapi mereka tidak pernah melindungi hanya mau dilindungi. Kalau sudah seperti ini Ica mewakili perempuan – perempuan di dunia ini harus takut saja pada bunglon jangan laba – laba. 



#Mawar

Nah, kalau Spider Man itu simbol Laki – laki, Mawar itu Simbol Perempuan. Masing – masing punya racun, Racun Mawar adalah durinya.

Mereka Cantik dan penuh pesona jadi durinya sebagai tameng cara dia menghadirkan diri. Tamengnya berfungsi dua hal sebagai pelindung untuk dirinya  dan  sebagai senjata untuk menembak targetnya. Mereka bermain sangat elegan, dalam kisah lagaligo seorang Budayawan Makassar pernah bilang perempuan itu pintar sekali membungkus dirinya. Mereka terlihat lemah tapi sebenarnya mereka sangat kuat. Nasehat lama mengajarkan perempuan menjadi bunga mawar di tepi jurang. Indah tapi hanya Spider Man yang bisa mengambilnya.

 Jadi kalau pak Jokowi menghilangkan jenis kelamin pada Kartu Tanda Penduduk (KTP). Saya khawatir sedang ada strategi mendesain taman mawar ditengah kota. Jadi sikap bunglon yang suka berganti kulit sesuai tempatnya bisa saja bergabung pada taman mawar di tengah Kota.

(sumber pic: terselubung.blogspot.com)

Kamis, 26 Desember 2013

# Pekerjaan Orang - Orang Kuat.

Saya setuju dengan kalimat mencintai adalah pekerjaan orang – orang kuat. Cinta sama dengan Kematangan seseorang dalam berfikir baik dalam hal spiritual maupun humaniora. Dua kata sifat ini akan sama – sama melahirkan tindakan.

Negara dan Cinta = Nasionalisme. Israel Cintanya (Ideologi/nasionalisme) Mengakar kuat sampai anak cucu berusaha keras merebut tanah yang dijanjikan (menurut Mereka). Indonesia Cintanya tak mengakar jadi mudah tergadaikan oleh cinta palsu.

Agama dan Cinta = Ikhsan. Logika Sosial dimulai dari mata dulu baru hati. Logika Agama Hati dulu baru mata. Tanpa cinta kita hanya punya rasa ragu. 


Ilmu dan Cinta = Karya. Karya dengan cinta membawa kabaikan untuk sesama. Karya tanpa Cinta hanya kehancuran semesta.

Saya menyadur untuk bagian Manusia dan Cinta = memberi, memperhatikan dan menumbuhkan.

Cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup. Mereka menciptakan kehidupan bagi orang-orang untuk hidup. Meski kehidupan yang mereka bangun sering tidak disadari oleh orang-orang yang menikmatinya.

Cinta adalah sebuah totalitas. Di sana gagasan, emosi dan tindakan menjadi kesatuan yang utuh.

Para pecinta sejati tak suka berjanji. Karena janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.

oh iya, Cinta itu Kebaikan. selalu mengajak pada kebaikan. Tidak menjerumuskan.

Senin, 23 Desember 2013

360 Derajat

Yang mahal itu bukan harga, tapi kemampuan menghargai sebuah salam redaksi dari majalah yang sering kubaca. Menggambarkan dengan utuh aku dan dia. 

hari – hari dibulan desember selalu hujan. Aku dan dia tidak terlalu memikirkannya hujan atau panas, libur atau tidak, tanggal baru atau tanggal tua, pagi atau malam sama saja. kami selalu punya cerita masing – masing. Dia yang sanguinis sempurna dan aku melankolis yang sempurna. Dia roomateku.

Dia selalu berbagi cerita, apapun itu. bahkan ketika lelah dan hendak tidur dia masih masih terus bercerita dan aku kalau bukan tuntutan peran aku tidak suka bertemu banyak orang, dan berbicara banyak hal.
Disaat – saat tertentu kami memainkan peran masing – masing saat aku mulai menikmati diamku dia bicara dengan dirinya sendiri bahkan dalam tidurnya dan aku seperti tidak ada tapi ada.

Aku sulit memahami ritme berfikirnya, pun dia mungkin saja kesal dengan tingkahku. kami seperti derajat 360. Terbalik sempurna. emm,, walau terbalik sempurna ternyata kami masih punya kemampuan menghargai. Besok - besok kalau dia diberi pasangan seperti aku, aku diberi pasangan seperti dia. Kami sudah punya gambaran bagaimana bersikap.. hahah.

Selasa, 17 Desember 2013

Spot Strategis di Diplomat Night



Kita pasti akan menemukan sesuatu kalau kita memutuskan mencari. Dayat  bilang Spot Strategis. Dia banyak menemukan spot strategis di rumah dosennya setiap kali bertandang kesana di ruang atas yang penuh buku, di depan rumah, bukan teras tapi semacam gazebo. Spot – spot yang menghadirkan suasana keakuannya.

Di acara Diplomat Night banyak sekali spot – spot itu, buatku kurangnya hanya satu. Iya, hanya satu. Sound system yang buruk, jadinya semarak acara hanya buat mereka yang memutuskan untuk mencarinya. Acara yang lalu hebat dengan kontennya sendiri. Acara malam ini hebat dengan kontennya sendiri. Kontennya, hadirnya orang – orang yang kita cintai. Orang tua dan siapapun itu. Mereka hadir sebagai tamu kehormatan. Saya terharu sekali lihat bapak, mama yang antusias memotret setiap anaknya tampil, ini bukan acara perlombaan tapi begitulah orang tua memaknai momennya. Lalu ada dua spot strategis di sisi kanan dan sisi kiri yang sengaja dibuat untuk mengabadikan moment, ada yang berfoto dengan orangtuanya, kawan - kawannya, dengan dosennya, dengan kakaknya, dengan adeknya, dengan kekasihnya.

Malam yang banyak sekali cinta..cinta pada negeri, cinta orang tua, cinta sepasang kekasih pada dosennya, teman -temannya dan yang memustuskan mencinta
..yang lain lewat deh,...

Kamis, 12 Desember 2013

Organisasi versus Kelas

Organisasi memang memberikan banyak sekali kesempatan, tidak hanya menyalurkan ide, kreatifitas tapi juga membuka wawasan terlebih bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Hasilnya jika pendapat saya belum didengar bisa jadi saya masih membutuhkan waktu banyak untuk mendengar. 
Pun, kelas banyak sekali memberikan saya kesempatan tidak hanya menyalurkan ide disetiap pertanyaan dan berkretifitas dalam membuat tugas tapi juga membuka wawasan tentang bagaimana idealnya sesuatu, saya fikir kedua – duanya sama saja, memberikan ilmu.
Bedanya dikelas saya belajar teori dan di organisasi saya belajar pengalaman. Teori saja tidak cukup saya butuh pengalaman dan pengalaman saja tidak cukup saya membutuhkan teori.
Di kelas saya bisa saja jadi yang paling tau semua ilmu, yang paling hebat menjabarkan semua teori, paling jago bicara.
Di organisasi saya sedang belajar bagaimana menggunakan ilmu – ilmu itu, hasilnya saya akan diakui, diterima, dipuja, dipuji, dihina, disanjung bahkan tersingkir.

Organisasi mengajarkan saya mengikis sedikit bahkan habis jubah kebesaran tentang kehebatan diri, mengasah kepekaan, belajar menerima,belajar memberi dan mengukur diri.
Tapi saya juga membutuhkan kelas, karena disana saya membutuhkan informasi bagaimana bertindak. Akhirnya organisasi dan kelas itu tidak bisa dipisahkan, bagaikan sayur tanpa garam, malam tanpa siang. 

Jumat, 06 Desember 2013

Belajar


Anak itu berlari lalu memperlambat langkahnya, kemudian menoleh tangan mungilnya meraih sebungkus roti cokelat diatas meja panjang. Seperti kilat mengibas tangan mungilnya dengan kasar, kepala didorong, umpatan kasar menghambur. Anak itu, nafasnya beradu, matanya sembab butirannya tertahan mencoba tersenyum, senyumannya getir. Anak itu, bukan maling umurnya kira – kira dua tahun. meja itupun punya ayahnya, memang roti itu adalah penyambung nafas mereka. Mereka jualan roti. Tapi ayahnya baru saja jadi maling, merebut kepercayaan diri anaknya yang jadi modal dasar kehidupannya kelak.


Disemua lini kehidupan selalu ada pembelajaran. Belajar tidak akan berhenti sampai usia akademis saja tapi sepanjang usia kehidupan.

Belajar jadi calon suami yang baik, belajar jadi suami yang baik
Belajar jadi calon bapak yang baik, belajar jadi bapak yang baik
Belajar jadi calon istri yang baik, belajar jadi istri yang baik
Belajar jadi calon ibu yang baik, belajar jadi ibu yang baik
Belajar jadi orangtua yang baik.
Banyak hal tak terduga membersamai hidup ini.

29 Maret 2009

29 Maret 2009 seorang hamba Allah lahir di muka bumi. Dia diberi nama Syauqi Azhar Rumata. Syauqi berasal dari bahasa arab yang artinya dirindui dan Azhar di ambil dari kata Al-Azhar sebuah Universitas tertua di dunia yang terletak di Kairo, Mesir. Tempat ini merupakan mercusuar peradaban islam modern dan Rumata adalah marga keluarga bapak yang selalu melekat dalam garis keturunan.

Semoga Syauqi kelak adalah orang yang dirindui peradaban islam, orang yang bijaksana  penuh dengan kepahlawanan  yang menjadi garda terdepan dakwah islam. Aduhai berat kali namamu nak…

Menunda Penilaian

Serangkaian aktifitas hidup akan diberi penilaian. Memberi nilai pada semua yang ditangkap mata. Aku yang menilai dan aku yang dinilai. Tapi tidak usah memikirkan semua penilaian – penilaian orang pada kita.  Berbuat sesuatu atau diam saja akan sama - sama dinilai. Nilai diri kita  terletak pada perkataan dan perbuatan, melakukan apa yang kita katakan.

Maka aku memilih berbuat sesuatu dan salah dari pada benar tapi hanya diam tanpa tindakan. Memilih bergaul dengan banyak orang, yang sudah pasti akan menerima dan menolak kehadiranku. Tapi dengan begitu aku sedang belajar untuk memberi nilai pada diri sendiri dan menunda penilaian terhadap orang lain.

Ketika kerjaku tidak dihargai, aku sedang belajar tentang ketulusan
Ketika usahaku dinilai tidak penting, aku sedang belajar tentang keikhlasan
Ketika hatiku terluka sangat dalam, aku sedang belajar tentang memaafkan
Ketika aku harus lelah dan kecewa, aku sedang belajar tentang kesungguhan
Ketika aku merasa sepi dan sendiri, aku sedang belajar tentang ketangguhan.
(kata bijak lama, entah punya siapa)

Rabu, 04 Desember 2013

Agama

Tentu saja segelas capucino panas disepertiga malam apalagi ditemani rinai hujan adalah sepotong waktu yang sangat mengagumkan, Sulit diungkapkan rasanya dan tak ingin cepat berlalu. Sepotong waktu yang sangat tepat untuk memikirkan masa depan.  berfikir tentang studi, tentang karir, tentang Cinta. Terlalu banyak berfikir sampai – sampai sedikit sekali bergerak. Beberapa menit terlewatkan, bahkan kesempatan waktu ini selalu terulang dan  selalu  dapat inspirasi baru   dan  lagi – lagi hanya penuh di otak.


Begitu banyak orang  di dunia ini yang menginspirasi hidupku. Banyak sekali orang – orang baik disekitar hidupku, sampai membuatku malu. Begitu pemurahnya sang pemilik Waktu. Iya Allah lebih tau apa yang kita butuhkan. Beruntung  bagi mereka yang memilih Agama sebagai pengarah hidupnya  seberat apapun masalah hidup jika Tuhan sebagai tempat kembalinya selalu saja ada penyelesaiannya Jsegalanya mudah Karena Allah Mampukan kita. 

Senin, 02 Desember 2013

Oposisi

Istilah oposisi mungkin menjadi hal yang asing sekaligus aneh untuk sebuah kepemimpinan mahasiswa apalagi jika dikaitkan dengan Usia kelembagaan. Namun kematangan individu maupun organisasi, usia tidak menjadi alat ukur yang bijaksana. Dan kalaupun istilah oposisi erat kaitannya dengan politik pemerintahan dan ketika mahasiswa menggunakan istilah oposisi dalam kelembagaannya dirasa hal yang tidak etis. Bukankah mahasiswa yang nantinya akan menjadi director of change adalah mereka yang harus peka dengan dinamika social politik yang ada disekitarnya?, Bukankan kampus melalui lembaga kemahasiswaan adalah  praktek – praktek politik kecil yang kita lakukan ?, Bukankah universitas adalah miniature sebuah negara?,  Bukankah kampus adalah miniature kita bernegara ?. menurut saya yang menjadi kegelisahan mahasiswa dan politik bukan pada prakteknya tapi nilai – nilai idealisme kelembagaan yang ditakutkan hanya berumur kampus.

Periode kepemimpinan tahun ini Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional mengusung calonnya dan kalah. Lalu mengambil inisiatif untuk beroposisi yang artinya punya pandangan berbeda dengan kepemimpinan Eksekutif Mahasiswa yang baru, yang artinya menolak ikut serta  bergabung dalam kepengurusan  kepemimpinan Eksekutif Mahasiswa yang baru.

Pertanyaan dan pernyataan muncul. Kenapa harus oposisi?, Usia BEM masih muda,  butuh pembenahan lebih lanjut  tidak perlulah beroposisi, mari  kita bangun bersama. Dalam hal ini saya pribadi melihatnya bukan salah benar. Tapi sebuah potret aktifitas kelembagaan yang tidak bisa dilihat hanya satu imajinasi, banyak imajinasi yang mungkin saja terjadi. Bukankah dulu diawal pembentukan  BEM UNIFA, BEM sudah memulai aksinya dengan menentang kampusnya sendiri dan usia BEM kala itu baru saja lahir. Sekali lagi usia bukanlah alat ukur yang bijaksana.


Tentunya, Pihak yang memilih oposisi dituntut untuk tetap memberikan kritik yang bersifat konstruktif bukan memperlihatkan sikap arogan, paling benar.  Pihak yang dioposisikan dituntut untuk belajar menerima hal – hal yang tidak sepaham, tidak sejalur  dan tentunya akan menambah khasanah berfikir khususnya analisis strategis.