Sabtu, 28 September 2013

#1995. Rumah Abah

Dulu, dulu sekali tahun 1995 dengan segenap cinta abah membawa kami menempati sebuah bangunan yang belum tuntas. Emm..Rumah baru untuk ukuran pasangan muda tahun itu tentu sebuah kebanggaan walaupun tempatnya dikelilingi pohon – pohon besar, ilalang tinggi, kalau malam suara burung hantu dan hanya punya empat tetangga. Setiap malam banyak sekali yang mengunjungi kami. Siapa mereka? Ular..dari yang cokelat, loreng, hitam, hijau bahkan putih. Kalau dipikirkan sekarang, wah… mengerikan sekali. Tapi itu dulu, dulu sekali tahun 1995 hanya ada mama, abah, kaka dan dede.

Sabtu, 21 September 2013

Ikan maco#




Kulihat beberapa helai bulu panjang dibagian mulutnya sesekali  menyembul keluar,  kata bapak sahabatku  itu kumis, menjawab keherananku tanpa aku bertanya, Saat beliau memberi mereka sarapan nasi dicampur udang  di empang belakang  rumah. Mereka saling berebut, lucu sekali, kalau boleh berbagi aku mau berbagi kopiku pagi ini dengan mereka….emmm... benar – benar maco… sudah berkumis minum kopi pula.

Galleri - Puzzel#

Seperti galleri seni sebuah ruangan yang Letaknya di ujung kiri lantai dua gedung rektorat, berbentuk segitiga. Unik, Berbeda dari ruangan lainnya. Memang air conditionernya sudah tidak sedingin dulu tapi saya selalu merasa adem di sana. Ada dua pasang kursi dan meja. Saya menempati salah satunya. Ada dua lemari dokumen, Ada yang berbahan dasar kayu dan yang satunya besi. Di dinding beberapa lukisan yang terpajang , Lukisan tentang pasar, lukisan ikan, lukisan bunga, dan beberapa lukisan yang sulit kuartikan maknanya, Ada juga pohon kering yang dihiasi origami burung berwarna – warni.

Bagi yang berfikir segala sesuatu disekeliling kita tersimpan makna bukan tanpa alasan. Di ruangan itulah saya diberi kesempatan mencari makna – makna itu. Tentang pasar (simbol: peran vital negara), yang selalu didiskusikan di ruang kelas yang sebantar lagi akan kutinggalkan. Tentang ikan (simbol: keberuntungan ). tentang bunga (simbol: perempuan yang kuat lembut), tentang lukisan yang sulit ku artikan maknanya (simbol: berfikir) tentang pohon origami burung yang berwarna – warni (simbol : kita bisa kemana saja mengelilingi dunia ini seperti burung tapi tidak pernah lupa pada sangkarnya).

Makna – makna itu tidak berdiri sendiri saling terkait. Ibarat puzzle yang harus dirangkai menuju satu kata yang disebut keberhasilan(nanti).
Tentu saja saya berterimakasih pada Bapak kepala ruangan yang telah memberiku kesempatan itu. Kesempatan menyusun puzzel mimpiku di sebuah ruangan yang letaknya di ujung kiri lantai dua gedung rektorat. Ruangan yang berbentuk segitiga, unik.


- Catatan KKLP

Jumat, 06 September 2013

The Reason To Life







saya selalu punya mereka dalam setiap fase kehidupanku, orang –orang yang saya sebut sahabat dan saya percaya sahabat itu tidak hanya satu tapi bisa dua, tiga bahkan lebih. Mereka tidak hadir bersamaan disampingku. Mereka hadir satu persatu, mengisi lembaran diary yang selalu kuganti karena penuh terisi. 

Ada sahabatku yang seperti daratan. Daratan itu kalau dilihat dari atas bagaikan permadani bumi. Lapang sekali sama seperti sahabatku ini hatinya cantik, lapang sekali. Ada yang seperti gunung terlihat gagah dan sulit ditebak setiap likunya, mengajarkanku kesabaran, ada yang seperti lautan teduh meneduhkan.
Lalu ada orang – orang yang mendaki hingga kepuncak gunung lalu turun lagi. Ada yang menyelam hingga dasar lautan lalu naik lagi, yang tinggal di darat berpetualang dengan alam lalu balik lagi. Dulu saya bertanya untuk apa semua itu kalau pada akhirnya kita tidak akan kembali (setelah nonton film : Sanctum, The lonely Place to Die dll) belakang saya tau jawabanya adalah itu alasan hidup untuk mengenal dirinya dan cara terbaik mengenal penciptanya. 


Saya memang belum menjelajahi daratan seutuhnya, mendaki gunung sampai kepuncak dan menyelami lautan hingga yang tersisa hanya rongga – rongga udara. Tapi Sahabat – sahabatku seperti daratan, gunung dan lautan semakin didaki, diselami, dijelajahi saya menemukan siapa diri ini dan itu adalah alasan hidup.

Rabu, 04 September 2013

Siapa Suruh


Isu hoak yang baru saja terlewati mengguncang malamku bersama dede dan yaya. Mereka termasuk yang sangat keberatan jika tes keperawanan benar – benar dilaksanakan dan saya, Saya setuju dengan isu itu.
Siapa suruh…. Melakukan hal itu, ancaman itu semacam shock terapy agar anak muda yang dipersiapkan melanjutkan perjalanan bangsa ini bisa mempersiapkan diri.selaku..! kak,,kita tidak bisa mengatakan ‘’siapa suruh’’ … dalam kondisi pribadi tertentu (latar belakang keluarga, lingkungan) tidak bisa mengendalikan emosinya melakukan hal – hal tertentu. ’’wah seburuk itukah Indonesia sampai masuk SMA saja harus tes keperawanan, trus kalau terbukti tidak perawan lagi si anak tidak boleh sekolah… begitu.’’ Kata Dede.

Pernyataan Dede menguras pikiranku hingga detik ini. Iya saya tidak bisa mengatakan ‘’siapa suruh’’…mereka tidak salah sepenuhnya, tidak juga orangtua, tidak juga lingkungan. Kalau saja tes keperawanan itu diberlakukan dan yang tidak perawan tidak bisa melanjutkan pendidikannya maka saya tidak bisa membayangkan bahwa negara ini akan dipenuhi oleh generasi muda yang tidak pernah matang secara psikologi.

Saya hanya bisa menyakinkan diri untuk tidak tiba – tiba menjadi orang tua. Saya sedang meyakinkan diri bahwa menjadi orang tua adalah salah satu tugas negara yang harus dipersiapkan sebelum, sesudah dan sepanjang hayat masih di kandung badan. Orang tua adalah representasi dari negara. Meminjam istilah ayah Edi INDONESIA STRONG FROM HOME.
yah...I am not be suddenly parents. Belajar menjadi orang tua adalah belajar sebelum, sesudah dan sepanjang hayat masih di kandung badan. Tidak pernah selesai. Mendekatkan anak – anak dengan fisika, kimia, bahasa itu penting tapi mendekatkan anak – anak dengan Tuhannya dan lingkungannya lebih awal akan membantu mereka mengenal jati dirinya sejak awal. Sebelum mereka menerjemahkan cinta dalam bentuk lain.

EAST ASIA DAY as International Political Comunication



Samuel P Huntingtong in the clash of civilisation explained that the 21st century is rais of  ASIA. I agree with that. Greek crisis to be one of the indications, western will be die. We are no longer talking about centralized power, but new global political system turn on a lot of players that difficult to make  one of them as a single force in the word.


This time I want to tell you about ASIA.  Recently, on May 16, 2013. mydepartment (International Relations -UNIFA) held a grand event with the theme of the East ASIA Day. For me that event is one of the international political communication style. There are 3 important points I have outlined by subjects of international political communication with framework of my lecturer



1. Process and  celebration of human definitions and history.
    East Asia consists of China, Hong Kong, Japan, Macau, Mongol, South Korea, North Korea, Taiwan.
    Knowing the culture of other countries that have a very enjoyable but as generations of Indonesia not to      beat his own love of the country.

 2.       Message in the nature of development
 Robert Reich that a world without borders. It can be seen from without setting foot in countries outside of the world we could create his own country wearing their traditional clothes - each country posing as delegates of other countries. And that we do in our own country. Well that's globalization eliminates boundaries between countries. Recognition that culture is a way to bring us in this stage of world. that the introduction of the culture is the way we communicate in this world without borders. that the introduction of the culture is the way we extend the life of our country. and that's the way young people convey a message about the nature of development.

3. Framing in the reality of international relations
countries emphasize on the uniqueness of each. Without talk we know the person who wears Hanbok came from korea, Kimono from Japan, cheongsam from China.
So knowing the culture and uniqueness of each country for the young generation is one of the strategies how we prepare ourselves to compete world stage. How can we strengthen our diplomacy is elegantly trough out  way of thingking  inlander.

wow, I become such as big fan of these to learn about countries













#Universitas Fajar

Akhirnya......

...‘’Nir, Alhamdulillah saya sudah yudisium kemarin insyaAllah 28 september wisuda. Akhirnya yah… sekarang gilaran Nir. ayo semangat terus yah’’ sebuah pesan bahagia dari sahabatku. Di situasi yang lain saat sebuah sms di akhir pekan pasca lebaran menjadikan kami berkumpul setelah bebeberapa lama tak bertemu tentunya.
Saat aku melihat kakak yang kuhadiri pernikahannnya empat tahun yang lalu duduk di sampingku dengan tangan memegang perutnya membuatku kaget dan bahagia, akhirnya beliau sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Ada lagi, kaka ini penyuka warna ungu apapun itu kalau warna ungu pasti saja bagus. seingatku 2010 silam saat kami melakukan perjalan jauh ke suatu daerah dan disetiap kesempatan dia selalu mengutarakan keinginannya untuk belajar mengendarai mobil namun selalu belum tersempatkan dan akhirnya sekarang dia sudah sangat leluasa mengendarai mobil putihnya membawa kami berkeliling kota ini.

Akhirnya setiap kita akan menemukan sebuah pencapaian atas harapan - harapan yang kita bangun dan tentu saja ‘’akhirnya’’ menjadi kata pilihan untuk semua pencapaian harapan itu.
Tapi itu belum akhir dari segalanya selama masih diberi kesempatan menghirup udara. ‘’ akhirnya ’’ masih terus berlanjut menyusuri luasnya harapan, bisa jadi akhirnya gagal, yah... coba lagi, ada air mata haru, ada bahagia membuncah, ada penyesalan, ada kepuasan tak terkira.

Tinggal memperbarui, memperbaiki dan menjaga semua harapan itu hingga Saat melewati jembatan pipih nan tipis menuju langit ke tujuh. Karena Setiap kita akan dinilai dari hasil akhirnya menutup mata (Khusnul
Khotimah).