Rabu, 04 September 2013

Siapa Suruh


Isu hoak yang baru saja terlewati mengguncang malamku bersama dede dan yaya. Mereka termasuk yang sangat keberatan jika tes keperawanan benar – benar dilaksanakan dan saya, Saya setuju dengan isu itu.
Siapa suruh…. Melakukan hal itu, ancaman itu semacam shock terapy agar anak muda yang dipersiapkan melanjutkan perjalanan bangsa ini bisa mempersiapkan diri.selaku..! kak,,kita tidak bisa mengatakan ‘’siapa suruh’’ … dalam kondisi pribadi tertentu (latar belakang keluarga, lingkungan) tidak bisa mengendalikan emosinya melakukan hal – hal tertentu. ’’wah seburuk itukah Indonesia sampai masuk SMA saja harus tes keperawanan, trus kalau terbukti tidak perawan lagi si anak tidak boleh sekolah… begitu.’’ Kata Dede.

Pernyataan Dede menguras pikiranku hingga detik ini. Iya saya tidak bisa mengatakan ‘’siapa suruh’’…mereka tidak salah sepenuhnya, tidak juga orangtua, tidak juga lingkungan. Kalau saja tes keperawanan itu diberlakukan dan yang tidak perawan tidak bisa melanjutkan pendidikannya maka saya tidak bisa membayangkan bahwa negara ini akan dipenuhi oleh generasi muda yang tidak pernah matang secara psikologi.

Saya hanya bisa menyakinkan diri untuk tidak tiba – tiba menjadi orang tua. Saya sedang meyakinkan diri bahwa menjadi orang tua adalah salah satu tugas negara yang harus dipersiapkan sebelum, sesudah dan sepanjang hayat masih di kandung badan. Orang tua adalah representasi dari negara. Meminjam istilah ayah Edi INDONESIA STRONG FROM HOME.
yah...I am not be suddenly parents. Belajar menjadi orang tua adalah belajar sebelum, sesudah dan sepanjang hayat masih di kandung badan. Tidak pernah selesai. Mendekatkan anak – anak dengan fisika, kimia, bahasa itu penting tapi mendekatkan anak – anak dengan Tuhannya dan lingkungannya lebih awal akan membantu mereka mengenal jati dirinya sejak awal. Sebelum mereka menerjemahkan cinta dalam bentuk lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar