Saya tidak mengenal beliau secara personal. Saya
hanya mengenal lewat postingan tulisan beliau di facebook. Karena saya
selalu membaca tulisan postingan beliau. Dari postingan - postingan
itu saya menebak beliau seorang laki – laki romantis dan suka sekali makan
ikan. Biasanya sehabis baca tulisan beliau saya ceritakan kembali pada
Cis teman kamarku. Cis bilang beliau adalah guru teaternya waktu SMA. Entah
kenapa saya termasuk pengelola group Asdar muis corner di facebook yang
menyetujui jika ada yang meminta bergabung dalam corner tersebut, mungkin
karena saya berteman dengan anak perempuan beliau.
Saya melihat beliau secara langsung hanya dua kali.
Pertama saat membacakan essay pada malam acara ‘'
diplomat night’’ himpunanku, mahasiswa hubungan internasional unifa. Karena
dosenku berteman dengan beliau. Sehabis baca essay beliau menggerutu ‘’ acara apa ini air
putih saja tidak ada’’! dan langsung pergi meninggalkan acara. Bahkan
kejadian itu ada postingannya juga di facebook. Saya yang sempat baca postingan
itu tersenyum geli dan besoknya saya ceritakan hasil umpatan beliau lewat
postingan itu pada dosenku yang mengundang beliau. Saya selalu membaca
‘’tulisan harian’’ beliau sehingga merasa selalu berada disetiap
peristiwa yang membersamai beliau. Dan yang kedua melihat beliau menjadi
moderator di acara bedah buku bapak Alim Djalil ‘’ayat – ayat anak orang kaya’’
di graha pena, pun bapak Alim ini, saya bukan mahasiswanya saya hanya penggemar
tulisan – tulisannya di facebook.
Dini hari 27 Oktober 2014 saya melihat berita
kematian beliau. Duh, saya baca berkali – kali memastikan dan melihat
postingan – postingan lain yang serupa dan ternyata memang benar beliau telah
pergi. Banyak ucapan istirja.
Beliau tentu saja tidak mengenalku, saya bukan
mahasiswanya bahkan berucap salampun saya tidak pernah. Tetapi saya merasa
sangat kehilangan.
Alfatihah Untuk Guru Maya ku.
Hormatku
Rima.
Dini hari ini, saya membuka lagi corner yang selalu
buat saya belajar dengan gratis tanpa beliau tahu bahwa saya belajar banyak
dari tulisan – tulisan beliau. Mengapa saya ambil tulisan beliau dibawah
karena saya sedang memikirkan isi tulisan itu. sekali lagi terimakasih bapak,
tulisannya mencerahkan.
Bincang Asal (234)
Anak: Mana yang paling utama, memburu karier,
pendidikan, kekayaan, nama besar?
Ayah: Semuanya penting tetapi tidak utama.
Anak: Oh, lantas yang utama, apa Pak?
Ayah: Menemukan pasangan hidup.
Anak: Tidakkah jika berburu pasangan hidup, kita akan tertinggal berburu karier?
Ayah: Karier, pendidikan, jabatan, kekayaan, nama besar, itu hanya pelengkap untuk menemukan pasangan hidup, Nak.
Anak: Tetapi ... kata orang, calon istri akan selalu ada jika kita sukses.
Ayah: Makanya, cari calon istri di saat kamu belum sukses, belum menjadi apa-apa.
Anak: Oh, berarti Mama dulu menyukai Bapak di saat miskin dan kian cinta di saat sukses?
Ayah: #@%*_+%#!> ... wah!
Ayah: Semuanya penting tetapi tidak utama.
Anak: Oh, lantas yang utama, apa Pak?
Ayah: Menemukan pasangan hidup.
Anak: Tidakkah jika berburu pasangan hidup, kita akan tertinggal berburu karier?
Ayah: Karier, pendidikan, jabatan, kekayaan, nama besar, itu hanya pelengkap untuk menemukan pasangan hidup, Nak.
Anak: Tetapi ... kata orang, calon istri akan selalu ada jika kita sukses.
Ayah: Makanya, cari calon istri di saat kamu belum sukses, belum menjadi apa-apa.
Anak: Oh, berarti Mama dulu menyukai Bapak di saat miskin dan kian cinta di saat sukses?
Ayah: #@%*_+%#!> ... wah!
@ asdar muis rms: 14 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar