Genap sebulan, Aku
masih menunggu untuk ujian proposal tugas akhirku. Kendala administrasi. Tidak membolehkan hanya satu
mahasiswa saja yang maju duluan. Mungkin,
melatih kebersamaan. Itu artinya aku harus benar – benar mempertahankan semangatku. meminta pada Allah untuk membantuku menjaga semangat dan menjadi orang
yang melakukan apa yang dia katakan. Semangat yang sempurna.
Judul tugas akhir yang
tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Konsentrasi pada pesan kekuasaan
dalam film. Dan hari – hariku adalah menonton film bergendre perang
padahal aku benci sekali film kekerasan.
Aku lebih suka film keluarga dan percintaan. Serasa mual sehabis nonton. Pukulan dan memar, tembakan dan darah. Teriakan dan air mata. Hari
– Hari perang adalah hari dimana hidup tidak punya waktu panjang, setiap detik
adalah pertaruhan nyawa, apa disana cinta masih bisa hadir ? bukan soal cinta
dalam keluarga, bukan soal adakah cinta dihati yang membunuh. Maksudku, apakah anak – anak mudanya pernah merasakan jatuh Cinta? Saat gemuruh
peluru berseliweran yang buat awan
tersisa kabut hitam. Apakah mata masih bisa saling beradu diantara granat dan
bom ? apakah ada waktu menciptakan rasa dalam rongga dada, rasa anak muda bertemu baligh.
Ok, fine. Perang itu
niscaya. tidak hanya tampak di alam nyata tapi juga alam imajiner. Kalau aku
harus menunggu untuk ujian proposal berarti aku sedang berperang melawan ego, memang tidak harus mempertaruhkan darah
apalagi harus bangun atau jatuh cinta. Tapi mempertaruhkan semangat. Agar bisa
mengakhiri perang dengan elegan ala Sun Tzu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar